Kaum muslimin jamah sholat jumat yang dimuliakan Allah
Marilah
kita senantiasa berupaya untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan
kepada Allah SWT. Takwa dengan makna yang sesungguhnya, selalu berupaya
mengabdi pada Allah dalam setiap aktivitas kita dengan penuh keikhlasan
dan mengharapkan keridhoan-Nya semata. Juga selalu merasa khawatir dan
takut jika perbuatan yang kita lakukan membawa kita kepada kemurkaan
Allah SWT.
Hadirin sidang jumat yang berbahagia
Masih
terasa segar dalam ingatan kita nuansa semarak memperingati hari
kelahiran nabi besar Muhammad saw di berbagai tempat. Rasa kecintaan
untuk meneladani kehidupan Rosulullah masih bergelorah di dalam dada.
Semangat untuk mendalami kehidupan keseharian Rosulullah yang penuh
kesederhanaan semakin membakar setiap jiwa insan yang mengaku sebagai
umat beliau.
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
"Tidaklah Kami mengutusmu wahai Muhammad kecuali untuk menjadi rahmat sekalian alam" (Al-Anbiyah: 107)
Rosulullah
bukan hanya menjadi rahmat buat kaum muslimin yang menjadikan beliau
sebagai panutan dan contoh sejati dalam merealisasikan ketaatan kepada
Allah, dalam bersosialisasi sehari, menjadi ayah, menjadi suami, menjadi
kakek bahkan menjadi seorang pemimpin. Tetapi Rosulullah juga adalah
rahmat untuk alam sejagat ini, yang di sana hidup manusia-manusia yang
tak pernah tahu dan mau tahu buat apa mereka diciptakan oleh Allah.
Dengan diutusnya Rosulullah saw ke dunia, dengan membawa cahaya islam,
Islam telah mampu merubah kehidupan umat manusia ke arah kehidupan yang
penuh makna, menerangi dengan ilmu pengetahuan dan kemakmuran.
Kaum Muslimin jamaah sholat jumat yang dimuliakan Allah
Saat
zaman sekarang ini sedang mencari seorang panutan yang ideal yang patut
dicontoh, Al-Quran sejak 14 abad yang lalu telah menegaskan:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
"Sungguh terdapat dalam diri Rosulullah suri tauladan yang baik" (Al-Ahzab: 21)
Seorang
sosok pribadi yang mulia, yang begitu mencintai umatnya, saat kematian
akan menjemput beliau yang beliau ingat dan pikirkan adalah umatnya.
Hari-hari Rosulullah pun semasa hidupnya adalah memperhatikan bagaimana
umatnya mendapat kesejahteraan di dunia dan kebahagiaan di akherat.
Kaum muslimin jamaah sholat jumat yang berbahagia
Saat
ini kita masih berada dalam bulan rabiul awal yang mulia, yang mana
bukan hanya pada bulan ini saja Rosulullah dilahirkan tetapi pada bulan
ini juga beliau diwafatkan oleh Allah SWT, kisah wafatnya begitu
menyayat hati kalau kita mengingatnya kembali. Kisah wafatnya Rosulullah
sungguh akan menggugah jiwa-jiwa beriman, duka itu masih berbekas
walaupun sudah 14 abad berlalu jika kembali untuk dikenang.
Seorang sahabat
Abdullah bin Mas’ud ra berkata: “Ketika Rosulullah mendekati ajalnya,
beliau mengumpul kan kami di rumah ‘Aisyah. Beliau memandang kami tanpa
sepata kata, sehingga kami semua menangis menderaikan air mata. Lalu
beliau bersabda: "Semoga Allah menyayangi, menolong dan
memberikan petunjuk kepada kalian. Aku berwasiat agar kalian bertakwa
kepada Allah. Janganlah kamu berlaku sombong terhadap Allah. Kalau
sudah datang ajalku, hendaklah Ali yang memandikan aku, Fudlail bin
Abbas yang menuangkan air, dan Usman bin Zaid membantu mereka berdua.
Kemudian kafani aku dengan pakaianku saja manakala kamu semua
menghendaki, atau dengan kain Yaman yang putih. Ketika kalian
sedang memandikan aku, letakkan aku di atas tempat tidurku di rumahku
ini, yang dekat dengan liang kuburku nanti. "
Mendengar
itu, seketika para sahabat menjerit histeris, menangis pilu, sambil
berkata: " Wahai Rasulullah, engkau adalah utusan untuk kami, menjadi
kekuatan jamaah kami, selaku penguasa yang selalu memutusi perkara kami,
kalau Engkau sudah tiada, lalu kepada siapakah kami mengadukan semua
persoalan kami!?"
Rasulullah
Saw bersabda: "Aku sudah tinggalkan untuk kalian jalan yang benar di
atas jalan yang terang benderang, juga aku tinggalkan dua penasehat,
yang satu pandai bicara dan yang satu pendiam. Yang pandai bicara
yaitu Al-Qur’an, dan yang diam ialah kematian. Manakala ada persoalan
yang sulit bagi kalian, maka kembalikan kepada Al Qur’an dan Sunnahku,
dan andaikan hati keras seperti batu, maka lenturkan dia dengan
mengingat kematian.”
Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah
Semenjak
hari itu, sakit Rasulullah saw bertambah parah, selama 18 hari beliau
menanggungnya. Smpailah tiba hari senin di hari beliau menghadap
Rabbnya. Sewaktu adzan shubuh Bilal ra datang menghampiri pintu
Rasulullah Saw seraya mengucapkan salam.
Dari
dalam rumah Fathimah putri Rasulullah saw menjawab salam Bilal, dan ia
memberitahukan bahwa Rasulullah saw dalam keadaan sakit. Bilal pun
kembali ke masjid, tatkala shubuh mulai terang sedang Rasulullah saw
belum juga datang, Bilal kembali menghampiri pintu Rasulullah.
Mendengar suara Bilal, Rosulullah memanggilnya, lalu bersabda: ”Masuklah
wahai Bilal, penyakitku rasanya semakin bertambah, suruhlah Abu Bakar
agar menjadi imam shalat dengan orang-orang yang hadir."
Kemudian
bilal memasuki masjid dan memberitahu Abu Bakar agar beliau menjadi
imam dalam sholat tersebut. Ketika Abu Bakar melihat ke mihrab
Rasulullah saw yang kosong, ia tidak dapat menahan perasaannya, lalu ia
menjerit dan akhirnya jatuh pingsan. Orang-orang yang berada di dalam
masjid menjadi bising sehingga terdengarlah oleh Rasulullah saw.
Rosulullah
lalu memanggil fathimah lalu berkata: ”Wahai Fathimah, ada apakah
dengan jeritan itu, kenapa di dalam masjid sana begitu gaduh?” Fathimah
menjawab: ”Mereka menunggumu untuk mengimami mereka wahai Rosulullah.”
Maka
Rasulullah meminta Ali dan Fadhal bin Abbas untuk memapah beliau masuk
ke masjid, Rosulullah kemudian shalat bersama-sama mereka . Setelah
salam beliau menghadap ke arah kaum muslimin dan bersabda: ”Wahai kaum
muslimin, kalian masih dalam pemeliharaan dan pertolongan Allah. Untuk
itu bertaqwa-lah kepada-Nya dan taatilah Dia, sesungguhnya saya akan
meninggalkan dunia ini, dan hari ini adalah hari pertamaku di akherat
dan hari terakhirku di dunia.”
Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah
Kisah
ini semakin membuat kita menjadi sedih saat Rosulullah pulang kembali
ke rumahnya, Allah mewahyukan kepada Malaikat Maut supaya turun menemui
Rasulullah saw dengan berpakaian sebaik-baiknya. Kemudian menyuruh
Malaikat Maut mencabut nyawa Rasulullah saw dengan lemah lembut.
Seandainya Rasulullah menyuruhnya masuk, maka dia dibolehkan masuk.
Tetapi jika Rasulullah tidak mengizinkannya, hendaklah dia kembali.
Maka
turunlah Malaikat Maut untuk menunaikan perintah Allah SWT. Sesampainya
di depan pintu kediaman Rasulullah saw, Malaikat Maut berkata:
"Assalamualaikum wahai ahli rumah kenabian, sumber wahyu dan risalah!"
Fatimah pun keluar menemuinya dan berkata: "Wahai hamba Allah, Rasulullah sekarang dalam keadaan sakit."
Kemudian Malaikat Maut itu memberi salam lagi: "Assalamualaikum, bolehkah saya masuk?"
Rasulullah
saw mendengar suara Malaikat Maut itu, lalu ia bertanya kepada
puterinya Fatimah: "Siapakah yang ada di luar pintu itu wahai anakku?"
Fatimah
menjawab: "Seorang lelaki memanggil baginda. Saya katakan kepadanya
bahwa baginda dalam keadaan sakit. Kemudian dia memanggil sekali lagi
dengan suara yang menggetarkan sukma."
Rasulullah
saw bersabda: "Tahukah kamu siapakah dia?" Rasulullah saw kemudian
menjelaskan: "Wahai Fatimah, dia itu adalah melaikat maut yang
memusnahkan semua kenikmatan, yang memutuskan segala nafsu syahwat, yang
memisahkan pertemuan, dan menghabiskan semua rumah, serta dia yang
meramaikan kuburan.”
Mendadak
Fathimah menangis, lalu berucap: "Wahai Ayahku, sesungguhnya aku takkan
mendengar sabdamu lagi, juga tak kan mendengarkan ucapan salam
darimu sesudah hari ini.”
Rasulullah
berkata: “Tabahkan hatimu wahai anakku Fathimah, sebab sesungguhnya
hanya engkau di antara keluargaku yang pertama berjumpa denganku.”
Kemudian
Rasulullah saw bersabda: "Masuklah, wahai Malaikat Maut." Maka masuklah
Malaikat Maut itu sambil mengucapkan: "Assalamualaika ya Rasulullah."
Rasulullah saw pun menjawab: "Waalaikassalam wahai Malaikat Maut. Engkau datang untuk berziarah atau untuk mencabut nyawaku?
Malaikat
Maut menjawab: "Saya datang untuk ziarah sekaligus mencabut nyawa.
Jika tuan izinkan akan saya lakukan. Jika tidak, saya akan pulang."
Rasulullah
saw bertanya: "Wahai Malaikat Maut, di mana engkau tinggalkan Jibril?"
Jawab Malaikat Maut: "Saya tinggalkan dia di langit dunia."
Baru
saja Malaikat Maut selesai bicara, tiba-tiba Jibril datang lalu duduk
disamping Rasulullah saw. Kemudian Rosulullah berkata: "Wahai Jibril,
tidakkah engkau mengetahui bahwa ajalku telah dekat? Beritakan kepadaku
akan kemuliaan yang menggembirakan aku di sisi Allah.”
Jibril
menjawab: “Semua pintu-pintu telah terbuka. Dan para malaikat sudah
berbaris menanti kehadiran Ruh-mu di langit. Pintu-pintu surga telah
terbuka, dan bidadari-bidadari sudah bersolek menanti kehadiran Ruh-mu.
Rasulullah saw berkata: “Segala Puji bagi Allah wahai Jibril, berilah aku kabar gembira mengenai umatku kelak di hari kiamat!”
Jibril
menjawab: “Aku beritahukan kepadamu wahai Rosulullah, bahwa
sesungguhnya Allah Ta’ala telah berfirman: “Sesungguhnya sudah Aku
larang semua Nabi masuk ke dalam surga sebelum engkau memasuki lebih
dulu. Dan Aku larang semua umat sebelum umatmu masuk lebih dulu.”
(Hadist Qudsi)
Dengan
tersenyum Rosulullah berkata: ”Sekarang sudah tenang hatiku dan
hilanglah kekhawatirankuku.” Beliau melanjutkan: ”Wahai malaikat maut,
mendekatlah kepadaku.”Malaikat Maut pun mendekati beliau dan mulailah
mencabut ruh Rosulullah.
Ketika
sampai di perut Beliau bersabda: “Wahai malaikat Jibril, alangkah
pahitnya rasa sakaratul maut ini”. Malaikat Jibril memalingkan wajahnya.
Ketika itu Nabi Saw berkata: ”Wahai Jibril, apakah engkau tidak suka
melihat wajahku!” Jibril menjawab: ”Wahai kekasih Allah, siapa kiranya
yang sampai hati melihat wajahmu, dan engkau dalam keadaan sakaratul
maut.“
Anas
ra berkata: ”Ketika ruh Nabi Saw sampai di dada, beliau bersabda: ”Aku
berwasiat kepada kalian, agar kalian memelihara shalat, dan apa-apa yang
menjadi tanggungjawabmu” sampai perkataan beliau putus.
Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah
Rosulullah
telah menghembuskan nafasnya yang terakhir dengan tersenyum. Anas bin
Malik melanjutkan ucapannya: "Ketika aku di depan pintu rumah Aisyah,
aku mendengar Aisyah sedang menangis dengan kesedihan yang mendalam
sambil mengatakan, "Wahai orang yang tidak pernah memakai sutera, wahai
orang yang keluar dari dunia dengan perut yang tidak pernah kenyang
dari gandum, wahai orang yang telah memilih tikar daripada singgahsana,
wahai orang yang jarang tidur di waktu malam karena takut Neraka
Sa'ir."
Kaum Muslimin jamaah Sholat jumat yang di muliakan Allah
Begitulah
ungkapan Aisyah seorang istri Rosulullah yang menyadarkan kita bahwa
begitulah keseharian Rosulullah tatkala beliau masih hidup. Padahal
beliau adalah orang yang telah dijamin Allah untuk masuk surge. Kini
sudah 14 abad berlalu saat Rosulullah meninggalkan umatnya, tetapi
ajaran beliau selalu hidup dan akan selalu menghidupkan hati orang-orang
beriman. Ada beberapa hal yang hendaklah selalu diingat dan diwujudkan,
sebagai wujud kecintaan kita kepada Rosulullah saw:
Pertama: Ikhlas dan mengikuti tuntunan Rosululllah dalam beribadah
Hal ini ditegaskan oleh Allah Swt dalam firmannya:
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
"Barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan
amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam
beribadat kepada Tuhannya." (Al-Kahfi: 110)
Rosulullah saw bersabda:
عن عائشة قالت قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد
Barang siapa melakukan amalan bukan sesuai dengan tuntunanku maka ia ditolak. (HR. Bukhori Muslim)
Kedua : Konsisten dalam ketaatan kepada Allah SWT
Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah
Saat
Umar bin Khattab berteriak lantang dengan penuh kesedihan sambil
menghunus pedangnya sambil mengucapkan: "Barang siapa yang mengatakan
bahwa Muhammad telah mati akan aku tebas lehernya".
Setelah
Abu bakar menutup kembali kain panjang yang menutupi wajah Rosulullah
yang mulia, tetesan air mata mengalir membasahi pipi dan janggutnya, ia
kemudian bangun dan melangkah keluar menjumpai Umar. Ia tahu perasan
Umar yang tidak dapat menerima kehilangan Rasul. Dia sendiri sedang
bergelut dengan kesedihan yang amat dalam. Lalu dia pun berseru dengan
nyaring. Seruan itu ditujukan kepada semua yang hadir terutama kepada
Umar. "Barang seiapa menyembah Nabi Muhammad, sesungguhnya Rasulullah
benar-benar telah wafat. Dan barang siapa menyembah Allah,maka Allah
tidak pernah mati dan abadi selama-lamanya."
Kemudian beliau membacakan sebuah firman Allah dalam Al-Quran:
وَمَا
مُحَمَّدٌ إِلا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ
مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ
عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ
الشَّاكِرِينَ
"Dan
tidaklah Muhammad itu kecuali seorang Rasul. Sudah berlalu rasul-rasul
lain sebelumnya. Kerana itu, Apakah jika Muhammad meninggal dunia atau
terbunuh, kamu akan murtad dan kembali kepada agama nenek moyang kamu?
Sungguh barang siapa murtad kembali kepada agama nenek moyang, tidak
sedikit pun menimbulkan kerugian kepada Allah SWT. Dan Allah akan
menganjarkan pahala bagi orang-orang yang bersyukur." (Ali Imran:144)
Tiba-tiba
Umar terjatuh lemah di atas kedua lututnya. Tangannya menjulur kebawah
bagaikan kehabisan tenaga. Keringat dingin membasahi seluruh badannya.
Bagaikan baru hari itu dia mendengar ayat yang sudah lama disampaikan
oleh Rasul kepada mereka. Umarpun menangis terseduh-seduh, tangis
kecintaan tersebut terus merambat ke hati para sahabat dan ke seluruh
hati umat sehingga akhir zaman.
Walau Rosulullah telah tiada, ketaatan kepada Allah harus terus adalah selamanya.
Ketiga : Meneladani kehidupan Rosulullah
Banyak
sisi dari kisah kehidupan Rosulullah yang mesti diteladani oleh umat
islam, apalagi pada saat sekarang ini, bangsa kita sangat membutuhkan
pemimpin yang dapat membimbing bangsa yang bukan hanya selamat dari
krisis global, tapi yang lebih penting dari pada itu seorang
pemimpinyang juga dapat membimbing bangsa hingga mereka selamat di
akherat kelak.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
"Sungguh terdapat dalam diri Rosulullah suri tauladan yang baik" (Al-Ahzab: 21)
Keempat : Mencintai Rosullullah
Mencintai
Rosulullah adalah kewajiban, membela kehormatan Rosulullah merupakan
keharusan, karena itu adalah tanda dari keimanan. Sebagaimana sabda
Rosulullah dalam hadist shahih:
عن أنس قال قال النبي صلى الله عليه و سلم : ( لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من والده وولده والناس أجمعين )
Kecintaan
orang beriman kepada Rasulnya yang tidak pernah putus sekalipun oleh
kematian karena kecintaan atas dasar iman itu tetap lestari dan
abadi. Tangis kecintaan kepada Rosulpun masih menggema di masjid
Rosulullah keesokan harinya, tatkala bilal melafazkan azan, ia tak
sanggup melafazkan Asyhadu Anna muhammadan Rosulullah, ia pun menangis,
kaum musliminpun menangis.
Kelima: Berpegang teguh kepada Kitabullah dan Sunah
Umat
saat ini sangat dituntut untuk benar-benar kembali kepada Al-Quran dan
Sunah sebagaimana pesan Rosulullah ketika akan wafat, itulah yang akan
membimbing mereka menuju keselamatan di dunia dan akherat.:
وَأَنَّ
هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ
فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُونَ
"Ini
adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu
mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai
beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar
kamu bertakwa." (Al-An'am : 153)
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم بهدي سيد المرسلين. أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم ولجميع المسلمين، فاستغفروه، إنه هو الغفور الرحيم
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ
وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى
اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ
تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا
اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ
مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ
مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ
وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا} ثُمَّ
اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى
رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى
النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ
قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ،
وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ
أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ
الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ
اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ
ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ
يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ
أَكْبَرُ.
oleh Zulhamdi M. Saad, Lc